Akhlak Tercela Kepada Allah SWT.
Akhlak Tercela Riya’ dan Nifaq
Manusia sebagai makhluk Tuhan telah dianugerahi berbagai
nikmat sehingga hal itu mengharuskan manusia untuk bersyukur kepada-Nya. Caranya
bersyukur adalah dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya, yang
diwujudkan dalam beberapa akhlak terpuji terhadap-Nya.
Kebalikannya adalah akhlak tercela (akhlak mazmumah), yaitu perbuatan yang
menyimpang dari ajaran Allah Swt yang nantinya akan berdampak negatif, baik
bagi pelaku maupun bagi orang lain. Diantara akhlak mazmumah adalah riya’
dan nifaq
1.
Riya’
Riya’dalam Bahasa Arab artinya memperlihatkan atau
memamerkan, secara istilah riya’ yaitu memperlihatkan sesuatu kepada
orang lain, baik barang maupun perbuatan baik yang dilakukan, dengan maksud
agar orang lain dapat melihatnya dan akhirnya memujinya. Hal yang sepadan
dengan riya ’adalah sum’ah yaitu berbuat kebaikan agar
kebaikan itu didengar orang lain dan dipujinya, walaupun kebaikan itu berupa
amal ibadah kepada Allah Swt. Orang yang sum’ah dengan perbuatan
baiknya, berarti ingin mendengar pujian orang lain terhadap kebaikan yang ia
lakukan. Dengan adanya pujian tersebut, akhirnya masyhurlah nama baiknya di
lingkungan masyarakat.
Dengan
demikian orang yang riya berarti juga sum’ah, yakni ingin
memperoleh pujian dari orang lain atas kebaikan yang dilakukan. Rasulullah Saw
bersabda:
”Barang siapa (berbuat
baik) karena ingin didengar oleh orang lain (sum’ah), maka Allah akan memperdengarkan kejelekannya kepada yang
lain. Dan barang siapa (berbuat baik) karena ingin dilihat oleh orang
lain (riya’), maka Allah akan memperlihatkan kejelekannya kepada yang
lain.” (H.R Bukhari).
Allah juga berfirman dalam QS.
an-Nisa ayat 142 :
“ Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah
akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia.
dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”
Alangkah
meruginya orang-orang yang bersifat riya’ dan sum’ah, karena
mereka bersusah payah mengeluarkan tenaga, harta dan meluangkan waktu, tetapi
Allah tidak menerima sedikit pun amal ibadah mereka, bahkan azab yang mereka
terima sebagai balasannya.
Firman Allah Swt :
“Janganlah sekali-kali kamu menyangka, hahwa orang-orang yang
gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji
terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa
mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih.” (Q.S. Ali ‘Imran [3]:188).
Sabda Rasulullah Saw:
“Allah tidak akan
menerima amal yang terdapat unsur riya’ di dalamnya walaupun riya’ itu hanya
sebesar dzarrah” (al-Hadis)
Allah memberikan ancaman bagi pelaku riya’ termasuk ketika melaksanakan
ibadah salat. Orang yang melakukan perbuatan riya’ diancam sebagai
pendusta Agama Islam ini, bahkan diancam dengan satu sangsi yaitu neraka Wail.
Allah berfirman dalam
Q.S. al-Maun 107: 4-6, yaitu:
“Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya, orang-orang yang berbuat riya.”
Contoh-contoh
perbuatan riya’ misalnya adalah:
a.
Sifat–sifat yang melekat pada diri seseorang, seperti suka
melekatkan sifat-sifat mulia pada diri sendiri. Hal-hal yang cenderung
dipamerkan itu misalnya keelokan dirinya, pakaian atau perhiasan, jabatan di
tempat kerja, dan status sosial lainnya.
b.
Seseorang menyantuni anak yatim dihadapan banyak orang dengan
maksud agar ditayangkan di TV atau radio.
Adapun akibat buruk riya’
antara lain sebagai berikut
a.
Menghapus pahala amal baik, (QS. al-Baqarah ayat 264)
b.
Mendapat dosa besar karena riya’ terrmasuk perbuatan
syirik kecil.
Sabda Rasulullah Saw:
Sabda Rasulullah Saw:
“Sesungguhnya perkara paling aku khawatirkan dari
beberapa hal yang aku khawatirkan adalah syirik kecil. Sahabat bertanya, “Apa syirik kecil
itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya ( H.R Ahmad)
c.
Tidak selamat dari bahaya kekafiran karena riya’ sangat
dekat hubungannya dengan sikap kafir. (Q.S. al-Baqarah ayat 264).
2.
Nifaq
Kata
nifaq berasal dari kata: na¿qa alyarbu’, artinya lubang hewan
sejenis tikus. Lubang ini ada dua, ia bisa masuk ke lubang satu kemudian keluar
lewat lubang yang lain. Demikianlah gambaran keadaan orang-orang munafik, satu
sisi menampakkan Islamnya, tetapi di sisi lain ia amat kafir dan menentang
kepentingan Agama Islam.
Nifaq
adalah perbuatan menyembunyikan kekafiran dalam
hatinya dan menampakkan keimanannya dengan ucapan dan tindakan. Perilaku
seperti ini pada hakikatnya adalah ketidaksesuaian antara keyakinan, perkataan,
dan perbuatan. Atau dengan kata lain, tindakan yang selalu dilakukan adalah
kebohongan, baik terhadap hati nuraninya, terhadap Allah Swt maupun sesama
manusia. Pelaku perbuatan nifaq disebut munafik. Firman Allah Swt.
“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman,
mereka mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka kembali
kepada syaitan-syaitan mereka mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami
sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok." (Q.S. al-Baqarah [2]:14).
1)
Dua Kategori Nifaq
Perbuatan Nifaq dikategorikan menjadi dua,
yaitu:
a.
Nifaq I’tiqadi
Nifaq I’tiqadi adalah suatu bentuk perbuatan yang
menyatakan dirinya beriman kepada Allah Swt., sedangkan dalam hatinya tidak ada
keimanan sama sekali. Dia salat, bersedekah, dan beramal saleh lainnya, namun
tindakannya itu tanpa didasari keimanan dalam hatinya.
Firman Allah Swt.
“Sesungguhnya
orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka.
dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali.” (Q.S.
an-Nisa’ [4]:142).
Pelaku nifaq diancam Allah dengan disamakan
dengan orang fasik yang diancam dengan neraka Jahannam dan kekal di dalamnya.
Allah juga berfirman dalam QS. at-Taubah [9]:67-68:
Allah juga berfirman dalam QS. at-Taubah [9]:67-68:
“Orang-orang
munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah
sama, mereka menyuruh membuat yang Munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan
mereka menggenggamkan tangannya. mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah
melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang
fasik. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan
orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. cukuplah neraka
itu bagi mereka, dan Allah mela'nati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.”
Allah akan memasukkan orang munafik dan orang kafir bersama-sama
dalam neraka. Dalam QS. an-Nisa ayat 140, Allah berfirman:
“Dan sungguh
Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila
kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh
orang-orang kafir), Maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka
memasuki pembicaraan yang lain. karena Sesungguhnya (kalau kamu berbuat
demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan
mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam
Jahannam.”
Kisah Abdullah ibnu Saba’, dia adalah tokoh munafiq Madinah,
semenjak kemunculan Nabi Saw, ia sudah memendam rasa benci terhadap Nabi.
Sebuah kisah menerangkan bahwa kebencian terhadap Nabi disebabkan karena
hijrahnya Nabi ke Madinah, dengan sebab hijrah inilah, ia merasa kurang
diperhatikan lagi oleh masyarakatnya, semula, ia adalah calon pemimpin Madinah.
Tetapi setibanya Nabi di Madinah, maka pamor akan status sosial Abdullah ibnu
Saba’ menjadi padam. Lalu ia amat memendam rasa benci kepada Nabi Saw. Dalam
sejarah perjuangan Islam, dialah sosok yang paling banyak mengendurkan semangat
umat Islam dalam berjuang melawan orang-orang kafir, ia juga pernah berusaha
mengusir Nabi dari Madinah, ia juga yang pernah mem¿tnah Sayyidah Aisyah, Istri
Nabi pernah berselingkuh dengan seorang sahabat bernama Shafwan Ibnu Muatthal,
lalu Allah menolong langsung sahabat Aisyah, menjelaskan masalahnya dengan
menurunkan ayat-ayat al-Quran. Dan ketika Abdullah ibnu Saba’ meninggal di
Madinah. Anaknya berusaha memohon pada Nabi untuk turut serta menshalatkan dan
menguburkannya. Lalu Nabi amat berbaik hati, menshalatkannya dan turut
menguburkannya, lalu mendoakkannya. Setelah Nabi mendoakan dan mengistighfarkan
untuknya, maka Allah menurunkan surah at-Taubah 9:80:
“Kamu
memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah
sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali,
Namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka. yang demikian
itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.”
Ayat ini menerangkan bahwa kemunafikan Abdullah Ibnu Saba’ sudah
melewati batas kekafiran, sehingga Allah-pun tidak berkenan menerima taubatnya.
b.
Nifaq Amali
Nifaq amali adalah kemunafikan berupa pengingkaran atas
kebenaran dalam bentuk perbuatan. Sesuai dengan Sabda Rasulullah Saw:
“Tanda-tanda orang
munafik itu ada tiga, yaitu apabila berkata selalu berdusta, apabila berjanji selalu tidak ditepati, dan
apabila dipercaya selalu mengkhianati”. (HR. Bukhari Muslim).
Ciri-ciri perbuatan
yang masuk kategori nifaq:
a)
Tidak mampu menegakkan salat kecuali dengan malas-malasan, ia
merasa ragu terhadap balasan Allah di akhirat.
b)
Hanya berfikir jangka pendek yaitu kekayaan duniawi semata
c)
Terbiasa dengan kebohongan, ingkar janji, dan khianat.
d)
Tidak mampu ber-amar ma’ruf nahyi munkar.
e)
Sering kali dalam pembicaraannya menyindir dan menyakiti Nabi
atau Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar